Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 23 Juni 2015

Dilema Cinta Sepohon Jati


Kolong langit semakin rapuh. Wajah dunia nampak lelah dan memucat  Saat menatap langit, aku  melihat wajah-wajah yang sedang bermain sandiwara. Meringis tapi menyembunyikan luka. Bulan terlihat begitu memaksakan lekukan senyumnya. Bukankah seharusnya ia bahagia dikelilingi gemintang yang begitu setia. Mungkinkah karena kerlipan bintang lebih redup dari biasanya, lantas ia bersedih. Ada apa pula dengan matahari, sulur-sulur sinarnya seakan tak lagi memberikan kehangatan. Aku melihat itu hanyalah sulur-sulur ketidakberdayaan yang lelah dipermainkan sutradara.
Semua berbeda. Semakin berbeda. Senja yang datang setiap hari tak lagi  menampakkan jingga. Langit tempat nirwana bertahta seakan kehabisan tinta birunya. Langit yang menghitam melunturkan siang yang semestinya selalu datang. Walaupun  terkadang aku sadar, saat  malam menjelma, hitam adalah satu-satunya warna  yang mampu merebahkan lelah. Karena dengan kegelapan, aku merasa buta dengan segala carut-marut dunia yang begitu memilukan. Bukankah dengan itu hidupku terasa lebih tenang? Entahlah.
Saat menatap langit, yang ada hanyalah kekesalan dan kecemburuan. Aku cemburu pada bulan-bintang. Mengapa mereka berdua begitu romantis?  Hidup beriringan,  saling melengkapi dan menguatkan saat malam menjelma. Sedangkan aku? Aku hanyalah Pohon Jati kecil yang hidup sendiri tanpa kekasih dan tanpa cinta. Cinta? Ya, aku sering mendengar kata   itu dari suara-suara yang terbawa hembusan angin. Katanya, cinta itu  anugerah terindah di dunia. Katanya, Tuhan itu menciptakan apapun di dunia ini berpasang-pasangan.  Tapi mana buktinya, aku tak pernah bertemu pasanganku apalagi mengenal kata cinta.  Apa mungkin karena aku masih terlalu muda? Lihat saja, daunku masih nampak muda, kemerahan dan mengeluarkan getah merah darah apabila diremas. Rantingku pun masih begitu muda, berpenampang segi empat, dan berbonggol di buku-bukunya.
Sungguh ironis hidupku. Aku memang pohon jati kecil yang malang. Hidup sendirian dalam hutan seluas ini. Tunggu, hutan? Mmm… aku pikir, tempat ini terlalu sederhana untuk aku sebut hutan. Ladang. Ya, ini ladang sederhana, bukan hutan.

Senin, 22 Juni 2015

Kumpulan Quote Porpora


  •  : Lilin : Biarpun kamu bukan mentari yang mampu menyinari dunia, tapi kamu  adalah lilin yang mampu menerangi seisi rumah dan keluargamu dari kegelapan.

  •      Embun : Embun tetap setia pada rerumputan meski ia yang membuatnya kering dan jatuh terinjak.

  •     Bulan     : Tersenyumlah seperti bulan, mesti dalam kegelapan yang membuatnya sepi.

  •     Bulan-Bintang: Biarlah mimpimu sebanyak gemintang, tapi ingat, tujuanmu hanya sebanyak bulan itu,satu ; mencari ridho-Nya

  •       Asap-Api : jadilah asap yang setia menemani api, meski dalam kondisi sesaat sebelum ia padam.

  •     Jemari: Sehebat apapun jemarimu meliukkan pena dalam kertas-kertas kehidupan yang kau rangkai sendiri, takkan pernah menandingi goresan-Nya dalam Lauful Mahfuzh.

  •     Debu  : Biarlah orang menganggapmu butiran debu. saat air menjauh, saat sakit mendekat, Bukankan debu  yang mereka cari untuk bertayamum? Bukankah itu mulia, menjadi perantara antara MEREKA dan SURGA ?

Akar Mencintai Batang


Belajarlah mencintai layaknya akar mencintai batang.
 Meski terpendam, meski tak terlihat, ia menguatkan.
 Ia rela batang bersatu dengan daun. 
Bahagia melihat mereka di tumbuhi bunga-bunga indah.
 Bahagia melihat ribuan pasang mata mengagumi keserasian mereka. 
Bahagia melihat mereka tetap berada diatasnya. 
Meski ia tetap terpendam. Meski tiada yang mengerti dimana letak alasan itu?

senja


       

Bahkan, senja yang datang setiap hari pun 
Tak selamanya menampakkan jingga
Tinta biru-putih semesta pun terkadang bisa luntur
Melunturkan siang yang mestinya selalu datang
Lantas hitam itu kau sebut buruk?
Sudut pandang pemilik semesta takkan pernah keliru
Sungguh tiada kata 'abadi' dan 'sia-sia'

La Tahzan

Buku terbaik yang pernah aku punya adalah...

Image result for buku la tahzan
Judul           : La Tahzan
Pengarang  : Dr. Aidh al-Qarni
Penerbit      : Qisthi press
Dari sekian banyak buku yang aku punya, buku ini memang paling spesial. Kenapa? Karena memang kontennya luar biasa istimewa . Berikut alasan-alasannya :
  1. Karena sesuai dengan kondisi hati dan jiwa saya yang sering  sedih, baper, galau. Namun buku ini berbeda dari buku-buku motivasi lainnya yang biasanya hanya menyajikan renungan-renungan reflektif. Buku ini menawarkan terapi yang lebih dekat dengan al-Quran dan sunnah. Setiap petuah yang penulis lontarkan pasti disertai dalil-dalil Al-Quran maupun hadist.contoh : 
  • Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang)nya. (QS. An-Nahl :1)
  • janganlah kamu bersedih sesungguhnya Allah bersama kita (QS. At-Taubah :40)
  1. Banyak kutipan-kutipan keren dari orang-orang timur maupun barat. contoh : 
  • "Harry Emerson Fosdick berkata, "dari mana kita mendapatkan ide yang mengatakan bahwa kehidupan yang indah dan tenang, yang terhindar dari segala kesulitan dan rintangan, akan melahirkan orang-orang yang paling bahagia dan orang-orang besar?"
  • "Kesulitan itu akan memperbaiki jiwa sebesar kehidupan yang dirusaknya. sedangkan kesenangan akan merusak jiwa sebesar kehidupan yang diperbaikinya."-Plato
  1. Sistematika bukunya unik, tidak berbab-bab, tapi berdasarkan permasalahan yang saling berkaitan dan pendek-pendek.
  2. Bahasanya sangat puitis dan didalam bukunya banyak  terdapat syair-syair indah.contoh:    Kuingat engkau saat alam begitu gelap. gulita, dan wajah zaman berlumuran debu hitam. kusebut nama-Mu dengan lantang di saat fajar menjelang, dan fajar pun merekah seraya menebar senyuman indah.\

(Note : Buku ini sangat recomended untuk kalian yang benar-benar mau bermetamorfosa)

Minggu, 21 Juni 2015

Tips Menulis dari Tere Liye

(berdasarkan apa yg saya tangkap dan saya catat di acara Lego ergo scio )

1. Ide Tulisan bisa apa saja, tapi penulis yang baik selalu memiliki sudut pandang spesial.Maksudnya, buatlah tulisan dengan sesuatu yang tidak terpikirkan oleh orang lain, atau sering disebut anti mainstream. Contoh :
-orang yg memiliki sudut pandang biasa saja, ketika disuruh menulis tentang "Hitam", ia akan menulis : Hitam adalah warna. Hitam adalah duka cita. Hitam adalah gelap.
-orang yg memiliki sudut pandang spesial akan menulis : Si Hitam berangkat sekolah terlambat. Setelah kuliah pun ia suka terlambat. Sampai kerjapun ia terbiasa terlambat. Pergi ke pasar terlambat. kemana-mana selalu terlambat. Sejak itulah pelangi tidak memiliki warna hitam.

2.Penulis yang baik membutuhkan amunisi. Biar kamu selalu tahu mau nulis tentang apa yang bagaimana, mau nulis tentang siapa yang bagaimana.
Cara menemukan amunisi : membaca, mengamati, melakukan perjalanan, observasi, menonton.

3.Ala bisa karena biasa.
-Bagaimana ending yang menarik atau terbaik?
Langsung tuliskan saja kata "Tamat" ketika sudah buntu. Kita jangan memusingkan diri hanya demi ending terbaik. Tulisan kita tidak akan pernah selesai dan sampai ke penerbit jika terus berkutat dengan hal itu. Kita adalah pemegang kuasa atas jalan cerita yang kita buat, bagaimanapun jalan cerita dan endingnya ya "suka-suka kita". Novel "Hapalan Solat Delisa", adalah contoh novel yang sebenarnya belum selesai alias mentok lalu langsung ditulis kata "TAMAT", lalu dikirimkan ke penerbit, jadi best seller dan di film kan. Tapi ini cuma berlaku untuk tulisan fiksi lho... tidak berlaku untuk skripsi. Kebayang ga, lagi sumpek di bab III, mentok ga ada ide lagi trus nekat nulis TAMAT... hahaaa...
-Bagaimana gaya bahasa yang baik?
Tidak ada. menulis itu simple sekali. Biarkan mengalir begitu saja. Yang penting itu efektif atau tidak, pembaca ngerti dan cerita nyambung.
-Memulai kalimat pertama yang baik itu bagaimana?
Tidak ada. Kalau belum tahu kalimatnya, langsung saja enter, lalu ketik kalimat kedua. Belum tahu lagi, enter lagi lalu tulis kalimat ketiga...wkwkwkkw. Lanjutkan saja apapun kalimat utamanya. kalau terus berkutat mencari pembukaan yang terbaik, kita tidak akan pernah bisa memulai dan menyelesaikan tulisan kita.Nah, kalau sudah selesai, baru kita bisa baca dan edit kalimat pertamanya. kalau mentog, yaudah, let it flow. 

4. Hanya membutuhkan latihan, latihan, latihan.
Seberapa bagus tulisan kita dilihat dari seberapa sering kita menulis. Minimal buatlah tulisan 1000kata/hari. Aktiflah menulis di blog, minimal satu tulisan per hari. Lihatlah perkembangan tulisanmu dalam 6 bulan.
-Bagaimana agar mood selalu bagus untuk menulis?
Kalau kita menulis suka moody, berarti ada yg salah dengan motivasi kita untuk menjadi penulis . Penulis yg baik selalu bisa menulis saat kondisi jiwa bagaimanapun, saat hati sesakit apapun. ya, tapi bisa juga kalau mau memperbaiki mood, kita nonton, jalan-jalan,dll.
-bagaimana menciptakan karakter diri dalam tulisan kita?
Untuk pertama-tama, kita harus rajin baca buku-buku penulis terkenal. lalu, kita tiru dan menulislah. lama-lama kita akan menemukan karakter diri kita.
-apa motivasi terbaik dalam menulis?

Ada 3 tingkatan dalam menulis : 1) menghibur dan menemani, 2) bermanfaat, 3) menginspirasi. Untuk Tere liye sendiri, motivasi dia yang utama adalah Menghibur dan menemani, untuk poin 2 dan 3 itu hanyalah bonus saja.
"Menulis ibarat meneladani kebijaksanaan sebatang pohon kelapa. Meski terkungkung, tak bisa bergerak. Suatu saat, pohon kelapa di tepi pantai akan menjatuhkan buahnya. Buahnya terhempas ombak, berkelana mengitari samudra h sampai begitu jauh hingga ke negeri seberang. Dunia. Menebar buah kebaikan. Meski kita hanya sebatang pohon, bukan burung pipit yang mampu terbang dengan sayapnya, bukan pula seekor penyu yang mampu berenang. "  _TereLiye

Jumat, 19 Juni 2015

Debu





debu....

apalah arti sebutir debu?
tak berguna?
pengganggu?
sampah?
mungkin itulah sekelumit makna debu dalam anganmu

saat kau buka mata...

debu menatap tanpa cela dalam bola matamu
masih  mampukah engkau melihat indahnya dunia walau hanya sedetik?
saat kau buka telinga...
desiran angin membawa debu masuk ke gendang telingamu
masihkah kau dapat mendengar suara petir yang menyambar?
saat debu berbaur dalam kulit lembutmu...
masihkah kau dapat merasakan halusnya sutera?
saat debu  menyentuh lidahmu...
masihkah kau mampu merasakan lezatnya makanan?
saat debu merasuki bangirnya hidungmu...
masihkah kau mampu mencium aroma wangi nya melati?
pasti kau jawab "TIDAK!!!!!!!"
debu hanya parasit tak berguna
yang tak pernah hidup dan mati dalam makna

Setangkai Bunga Mawar





Kamu dan aku...
Hanya tiga kata
lima detik  bibir sanggup mengucapnya
sederhana ?
tidak !
cintaku terlampau sederhana
tiga kata terlalu panjang untuk ku kenang
lima detik terlalu lama untuk ku tunggu
kata  "dan" terlalu klasik
tuk jadi jeda antara kamu-aku

Kita
Ya, kita
sesederhana itulah aku dan kamu
Kita bukanlah rangkaian bunga mawar
Kita hanyalah setangkai mawar
terlalu sederhana?
itu lah kita

Pelangi Cinta





MErasakan kehadiranmu adalah kebahagian terindah bagiku
JIka kau pergi, hidupku pun seperti terhenti
KUtak mampu menatap hari tanpa senyumanmu
HIlang sudah separuh jiwa dan nafasku saat kau tinggalkanku
BIarkan aku tetap mencintaimu, mesti mungkin cintamu untukku tlah usang
NIkmat terindah dalam hidupku adalah cukup dengan mengenalmu, bukan memilikimu
Untukmu...aku selalu ada alasan untuk terus bernafas

(Note : Ini tulisan saya copast dari blog ane yg lama. Ini tulisan dibuat waktu jaman ane lagi alay dan galau-galaunya. Sekarang udah nggak kaya gitu kok. Insyaallah perlahan-lahan lagi memetamorfosa diri. Sengaja di copast, biar ada bukti sejarah gimana perjalanan metamorfosa diri seorang Porpora. hehe.)

Selasa, 16 Juni 2015

Ketika Malaikat Berbicara


Image result for dosa dan pahala


Ketika malaikat berbicara...

Aku bisu
Menghapus lebam tanpa tisu
Menuangkan bandrek tanpa susu
Dalam jam-jam yang telah lesu

Malaikat Roqib terperanjak
Tanpa karya dan jejak
Dalam sebelas bulan yang beranjak
Menatapi buku kecil tanpa bercak

Sedang malaikat Atid meronta
Memikul buku tebal penuh cerita
Dan pena kehabisan tinta
Saat dosa masih bertahta
Sedang aku masih buta

Aku alpa
Nasehat papa kian terlupa
Malaikat Malik  dekat menyapa
Hingga tersudut di puncak hampa

Tapi Dia Maha Cinta
Datang  menghalau nestapa
Dengan lirih Malaikat Ridwan pun berkata, " Ssssst, La Tahzan  ! Besok Ramadhan. "

Jumat, 12 Juni 2015

Berani Bermimpi Tinggi



MIMPI...

Mungkin sebagian orang menganggap 'kata' itu terlampau sederhana. Layaknya sebuah tali panjang, dimana ujungnya akan  sama seperti ujung lainnya, hanya sebuah tali. Ya mungkin, sepanjang apapun kita bermimpi, ujungnya hanya akan berakhir sama dengan awalnya, Mimpi hanyalah bunga tidur yang tetap berakhir mimpi. Sekelumit bayangan buruk akan pendefinisian mimpi inilah yang membuatnya semakin dijauhi realita.

Tapi, tahukah kamu apa sebenarnya hakikat mimpi yang hakiki? Ya, mimpi adalah jembatan penghubung antara kemustahilan hari ini dan kesuksesan hari esok.

Ada sedikit analogi tentang orang-orang yang enggan bermimpi.
Ibarat burung yang takut untuk terbang tinggi. Ibarat ikan yang takut untuk berenang. Ibarat mentari yang takut akan kegelapan
Kenapa burung mesti takut untuk terbang? Padahal ia mempunyai sayap untuk menggapainya. Mengapa ikan takut berenang? Padahal ia dianugerahi sirip untuk melakukannya. Lantas kenapa pula matahari itu takut akan kegelapan? padahal dirinya sendirilah sumber cahaya yang mampu meredam kegelapan itu. Jikalau takut bermimpi, kita takkan bisa bergerak jauh. Hanya terdiam dalam kebisuan dan terpaku dalam ketidakberdayaan. Padahal kita sudah dianugerahi begitu banyak potensi oleh Tuhan.

Kamis, 04 Juni 2015

Ungu : Warna Janda Ataukah Cinta?

                 
 

Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna. Menurut sebuah spekulasi dimensi di dunia, warna itu jumlahnya kira-kira 16 juta (karena penggabungan dari warna primer, sekunder, tersier, monokrom, dan lain-lain). Dari jutaan pesona mahakarya Tuhan tersebut, Ungu adalah warna yang kurang mendapatkan tempat di hati sebagian atau mungkin kebanyakan orang. Paradigma yang berkembang telah memosisikan ungu identik dengan janda. Dimana seorang wanita yang menyukai benda berwarna ungu langsung dilabeli sebagai seorang janda. Begitupun sebaliknya, para janda dianggap sebagai orang yang pasti menyukai warna ungu. Padahal, korelasi keduanya bukanlah suatu ilmu pasti dalam hukum alam.     Entah sejak kapan dan bagaimana penganalogian ini mulai diwariskan, sehingga semua orang menganggap hal ini sebagai cerita turun-temurun.


 Warna merupakan pertimbangan emosional, karena variasi warna dapat menyebabkan emosi yang berbeda pada tiap orang. Lantas apakah kita bisa langsung menyimpulkan bahwa pernyataan tersebut merupakan bukti autentik yang mendukung  bahwa ungu merupakan bentuk ekspresi perasaan para janda?
             

Kamis, 28 Mei 2015

Monolog Pohon Toge

Aku : Hey aku, apa kabar hatimu saat ini? Sudah lama aku tak menyapamu. Masihkah kau seperti dulu ataukah usai berhijrah? 
Aku  :Hatiku ibarat kertas kosong yang ditulisi seribu pertanyaan tanpa satupun jawaban. Entah pada siapa lagi kumuntahkan pertanyaan-pertanyaan itu. Tuhan? Mungkin benar jikalau Dia Maha Mendengar dan Melihat. Tapi aku tak Maha memiliki segala kesempurnaan itu. Hingga kini aku lelah menanti. Lelah bergelayut dalam pertanyaan yang sama, 'Kenapa aku terlahir sebagai aku?' Aku hanya sepohon Toge yang tak memiliki bunga secantik Mawar. Bunga yang dengan keanggunan mahkotanya mampu membuat Asoka cemburu. Ah, Tuhan tidak adil. 
Aku : Adapun benar jika kau tak mampu mendengar dan melihat apa yang Tuhan katakan laksana dua orang yang tengah berdialog dalam satu ruang maupun waktu. Tapi bukankah Dia menitipkan sepotong hati yang dimana sudut terdalamnya terdapat semua jawaban itu. Tahukah kamu dimana letaknya? Ya, ada dalam dirimu.  Coba dengarkan aku, dimana letak  ketidakadilan Tuhan itu? Dia menakdirkanmu  tidak mempunyai bunga secantik mawar, lantas kenapa kamu mesti bersedih? Coba renungkan, mawar itu berduri. Mungkin, jika kamu menjadi mawar, akan semakin banyak orang yang engkau lukai. Dia tidak ingin menjadikanmu sebab luka-luka itu tercipta. Dia ingin kaulah yang menjadi penyembuh luka itu.
Aku :   Hmmm, mungkin benar. Tapi mengapa aku  mesti tak seharum Melati?
Aku :   Melati itu sering dipakai untuk sesajen, ritual yang berbau kemusyrikan. Mungkin, jika kamu jadi dia, kamu bisa terjerumus kedalam kesyirikan yang menjaukanmu dari-Nya. Inilah salah satu bukti cinta-Nya. Dia ingin kau selalu dekat dengan-Nya.
Aku : Ah, tapi aku tidak mempunyai buah seenak pohon Mangga.
Aku : Nah, justru karena mangga itu enak, Dia tidak menakdirkanmu menjadi itu. Sekarang ini. semakin banyak maling mangga. Mungkin, jika kamu dilahirkan menjadi sepohon mangga, kehadiranmu hanya akan mengundang dosa orang lain. Kamu bangga, jika dengan melihatmu, orang lain bisa lebih mudah dijerumuskan syetan?  Dia hanya ingin menjadikanmu sebagai hamba   yang menuntun kebaikan.
Aku   : Ah, tapi aku tidak mempunyai batang sekuat, sehebat dan sekeren pohon Jati.
Aku : Kenapa iri dengan pohon Jati? Kamu tahu kan, pohon jati itu sering di illegal logging.       Pelakunya  tak jauh beda dengan koruptor. Kamu bangga jika kamu diciptakan hanya untuk membuat manusia semakim cinta dunia dan lupa akherat?
Aku  : Ah, tapi aku tak punya akar sekuat pohon Beringin .
Aku : Beringin? Yang terkenal angkernya itu? Mungkin iya, akarnya memang kuat, ia bisa bertahan hidup ratusan tahun. Buat apa kuat, jika dia sering ditakuti dan dijauhi orang lain? Dia ingin engkau menjadi sesuatu yang mampu menghilangkan segala ketakutan orang lain. 
Aku   : Ah, tapi aku tidak mempunyai daun sebermanfaat daun Sirih.
Aku : Hmmm, kalau kamu jadi tanaman Sirih, nanti anakmu susah ngurus akte kelahiran.(itu mah nikah sirih, serius amat dari tadi bacanya…wkwkkwkw). Jadi  intinya, kamu harus bangga jadi kamu. Biarlah walau engkau hanya sepohon toge. Masih jadi kecambah saja kau sudah bisa bermanfaat untuk orang lain. Banyak gizinya. Tidak semua tanaman lain bisa seperti itu kan? Apalagi kalau butiran-butiran hijaumu nanti dijadikan bubur kacang hijau. Yummmyyy !
Aku : Jadi, aku harus bangga jadi aku? Bangga jadi aku yang hanya pohon toge itu?
Aku : Yaiyalah. Kamu bukan dia, bukan mereka. Ya, kamu ya kamu. Kamu begitu spesial. Tak ada duanya. Dia memberimu keterbatasan agar kamu mampu melakukan sesuatu tanpa batas. Tersenyumlah pohon togeku tercinta. ya, kamu, kamu. Aku.


(Note : Tulisan penganalogian ini dibuat sebagai bahan renungan dalam memetamorfosa diri. Semoga aku semakin bangga jadi aku :) ) 

Titik dalam Detik


Titik..
kalimatku belum usai
titik,titik,titik
Aku sapa pena," Kemana goresanmu terbuang?"
Sia-sia !
Jemari masih tak berkutik

Detik...
Detik-detik lenyap dan tumbuh
Tanda tanya setia menyapa
tanda seru rapuh menguap
Detik, jauhi titik !
Titik, jangan akhiri detik
Tapi titik telah tuli
Detik lumpuh membisu

Detik, detik, detik
Bukan tiga, tapi jutaan
Cepat, terlalu cepat, teramat cepat
Enam bulan telah pergi
Kertasku masih kosong
Penaku  utuh tak tersentuh
Dan detik takkan kembali
Dan titik enggan menjauh

Hilang

Air tak Membenci Perahu


Air…
Sampai kapan kau bersandiwara?
Menipu mata tak berdosa
Kau pasang topeng bermuka ganda
Kau sembunyikan keruh dalam kejernihan
Kau hadirkan arus dalam ketenangan
Hanya demi perahu kecil nan usang

Perahu,
 Perahu  kecil pencari  tepi
Ia terapung, berlayar
Terombang- ambing tanpa arah
Selatan,utara, timur, barat
kemanapun, air  tetap mengalir
Menemani derap langkah tertatih
Sang perahu pujaan

Selasa, 26 Mei 2015

Cinta Dalam Sehembus Angin

Image result for daun jatuh

“Aku memilikimu dalam hembusan angin.  Meski terlambat. Tapi, angin tak akan pernah berdusta jikalau daun yang gugur ‘pernah’ bersatu dengan tangkainya. Dulu. Mesti kini tak akan kembali. Kata ‘pernah’ cukup membuatku bahagia.”

            Hari ini benar-benar hari yang tak biasa. Istimewa. Untuk pertama kalinya, gelar sebagai seorang mahasiswa, aku sandang secara resmi. Wajah-wajah baru aku telisik dengan seksama. Gerombolan mata sipit, cukup terlihat dominan di depan mataku. Orang berkaca mata tebal, aku rasa tak kalah banyak. Rambut-rambut keriting dengan kulit hitam khas pun patut di perhitungkan. Ya, seribu wajah manusia dari berbagai sudut nusantara aku temui disini. Di kampus miniatur Indonesia yang baru saja aku jejaki. Satu minggu lalu.
            Ber-be-da, satu kata yang terus memenuhi memori otakku sejak pertama kaki ini berpijak. Di kota ini, Bandung. Tak ada lagi cuaca panas yang memaksakan ribuan pori mengeluarkan butiran airnya. Tak ada lagi senyuman ayah saat pagi menyapa. Tak ada lagi masakan ibu yang memanjakan lidahku setiap hari. Tak ada lagi sahabat di SMA yang selalu tertawa usil, saat kubuka pintu kelas. Tak ada lagi. Semua berbeda.
            Semua berbeda? Aku rasa tidak. Masih ada sisa yang enggan beranjak pergi.  Setidaknya, ada  tiga hal yang tak pernah berubah. Pertama, Dia adalah bulan. Bulan yang selalu aku tatap meski bintang tertutup awan hitam. Tapi, ia tak pernah berubah. Ia masih bulan yang aku tatap di kota kelahiranku. Kedua, dia adalah matahari. Matahari itu tak pernah berubah. Meski sinarnya tampak lebih redup. Tapi, dia masih matahari yang sama seperti matahari yang bersinar di kota kelahiranku. Ketiga, dia adalah Fadhel. Mantan kekasih yang aku lepaskan dengan penuh penyesalan . Statusnya kini tak lagi sama. Tapi, frasa ‘pernah memiliki’ tak akan pernah berubah.

Senin, 25 Mei 2015

Wanita Gila dan Bangku Pintarnya

Image result for bangku taman


Sulur-sulur sinar mentari mulai berhenti menyapa. Cahayanya musnah, tertutup jingga dalam langit yang merindukan rembulan. Rembulan, lampu terindah dari jutaan lampu indah di kota ini. Cahayanya berpendar menelisik setiap kegamangan.
Memandangi langit dengan warna-warna monoton yang menjemukan. Biru, putih, abu-abu, jingga, hitam. Tak ada ungu. Tak ada hijau. Mmmm.. katanya di langit itu ada pelangi, me-ji-ku-hi-bi-ni-u, tapi aku tak pernah melihatnya. Ah, tapi aku  tetap suka memandanginya. Serentetan kata yang berjibaku dalam pikiran, ingin segera kumuntahkan dalam telinga pencipta-Nya. Sesekali kuingin marah kepada-Nya. Terlalu sering aku mendengar ceramah ustad yang terdengar dari toa masjid seberang, katanya “Daun yang gugur, embun yang meluruh, semua sudah diatur oleh-Nya.” Bukankah itu artinya bahwa Dia yang telah mengaturku menjadi sebuah bangku taman. Tapi kenapa mesti bangku taman? Aku ingin menjadi manusia. Makhluk yang mampu melangkah dengan kakinya. Kaki yang mungkin bisa membawaku ke tempat yang lebih teduh.
Tunggu ! Aku merasakan tendangan kaki memukul-mukul punggung belakangku.
Ah, wanita itu lagi. Wanita gila itu. Baunya menyengat. Rambut gimbalnya panjang tak terurus. Baju kebaya mahalnya kian compang-camping. Baju  kebaya yang seharusnya ia kenakan tepat 25 Juni lima tahun lalu. Lima tahun sudah ia terkungkung dalam bongkahan masa lalunya. Lima tahun dalam roman wajah kumal tak terawat. Menjijikkan. Lihat saja, kutu-kutu dari rambutnya berlompatan menghinggapiku. Ah, tapi biarlah. Saat terik matahari membakar tubuh dan angin enggan menyapa, dia selalu ada. Saat angin malam mengoyak ragaku dan rembulan tak mampu menghangatkan, dia tetap setia. Hanya dia, teman yang menemaniku saat kepanasan dan kedinginan.
“Hahahaha, bangku pintarku sayang. Aku sayang sekali sama kamu. Kamu tahu kenapa aku memanggilmu sayang? Hahhaaha..hihihi… karena orang yang selalu aku panggil ‘sayang’ telah pergi. Pergi bersama masa lalunya. Hihihihi… dan sekarang akulah masa lalunya.  Aku lah masa lalunya! Hahahhaha…”
Kasihan sekali wanita itu. Masih membekas  wajah ayunya lima tahu lalu. Saat eyeshadow dan mascara masih mempertajam matanya yang berbinar. Binar yang kini telah lebam terenggut kantung mata hitam dan daki tebal. Blush on dan lipstick merah jambu yang dulu selalu memoles senyum sumringahnya, kini tinggal kenangan tak berbekas. Rambut yang tersanggul rapih, high heel 10 cm, stocking hitam transparan, rok di atas lutut, kemeja tersetrika rapih dan nametag dari Bank tempat ia bekerja, sungguh tak bisa lekang dalam bayangan wajahnya. Sungguh teramat sulit dipercaya, wanita cantik itu dia, wanita gila itu.

Buku Patah Hati

Image result for animasi buku
“Aku cemburu ! “ teriakku lantang. Tapi, si kaca mata tebal tak berdosa itu tetap saja asyik dengan belahan jiwa barunya.
“hey, kamu! Ya,kamu ! Kenapa kamu diam saja?  Dasar tuli ! Kamu nggak denger, ‘ aku cemburu’ ! Sekali lagi ya, dengar baik-baik, ‘aku cemburu ‘ !  Aku cemburu ! Aku cemburu !“ berontakku lagi. Tapi, lagi-lagi dia tetap sibuk bercengkrama dengan kekasih barunya itu.
 Empat tahun lalu? Aku sudah lupa, seberapa lamakah empat tahun lalu itu? Atau seberapa sebentarkah itu? Ah, sudahlah , jangan ingatkan aku pada masa lalu . Ah,tapi aku terlalu bodoh.  Sangat bodoh.  Rasanya aku ingin mati ! Hanya karena  ‘masa lalu’ aku hampir mati. Hidup dalam masa penantian yang sia-sia itu ibarat mati  tanpa masa peradilan. Masuk surga tidak , neraka pun enggan. Detik ini benar-benar titik terjenuh yang siap meledak. Aku lelah dengan semua ini. Aku ingin mati !

Kata orang, cinta sejati itu tak mesti memiliki. Kata orang, cinta sejati itu bukan berarti harus bersatu dengan orang yang kita cintai. Tapi, cinta sejati itu memastikan orang yang kita cintai terlihat bahagia. Meski bukan dengan kita. Ya, kata orang. Orang? Memangnya orang-orang yang mengeluarkan  kalimat-kalimat gila itu pernah merasakan apa yang sedang aku rasakan sekarang?  Tidak kan?
 

Blogger news

liukan pelangi

Wavy Tail

Blogroll

About