Aku
: Hey aku, apa kabar hatimu saat ini? Sudah lama aku tak menyapamu. Masihkah kau seperti dulu ataukah usai berhijrah?
Aku :Hatiku ibarat kertas kosong yang ditulisi seribu pertanyaan tanpa satupun jawaban. Entah pada siapa lagi kumuntahkan pertanyaan-pertanyaan itu. Tuhan? Mungkin benar jikalau Dia Maha Mendengar dan Melihat. Tapi aku tak Maha memiliki segala kesempurnaan itu. Hingga kini aku lelah menanti. Lelah bergelayut dalam pertanyaan yang sama, 'Kenapa aku terlahir sebagai aku?' Aku hanya sepohon Toge yang tak
memiliki bunga secantik Mawar. Bunga yang dengan keanggunan mahkotanya mampu membuat Asoka cemburu. Ah, Tuhan tidak adil.
Aku
: Adapun benar jika kau tak mampu mendengar dan melihat apa yang Tuhan katakan laksana dua orang yang tengah berdialog dalam satu ruang maupun waktu. Tapi bukankah Dia menitipkan sepotong hati yang dimana sudut terdalamnya terdapat semua jawaban itu. Tahukah kamu dimana letaknya? Ya, ada dalam dirimu. Coba dengarkan aku, dimana letak ketidakadilan Tuhan itu? Dia menakdirkanmu tidak mempunyai bunga secantik mawar, lantas kenapa kamu mesti bersedih? Coba
renungkan, mawar itu berduri. Mungkin, jika kamu menjadi mawar, akan semakin
banyak orang yang engkau lukai. Dia tidak ingin menjadikanmu sebab
luka-luka itu tercipta. Dia ingin kaulah yang menjadi penyembuh luka itu.
Aku : Hmmm, mungkin benar. Tapi mengapa aku mesti tak seharum Melati?
Aku
: Melati itu sering dipakai untuk sesajen, ritual yang berbau
kemusyrikan. Mungkin, jika kamu jadi dia, kamu bisa terjerumus kedalam kesyirikan yang menjaukanmu dari-Nya. Inilah salah satu bukti cinta-Nya. Dia ingin kau selalu dekat dengan-Nya.
Aku : Ah, tapi aku
tidak mempunyai buah seenak pohon Mangga.
Aku
: Nah, justru karena mangga itu enak, Dia tidak menakdirkanmu menjadi itu. Sekarang
ini. semakin banyak maling mangga. Mungkin, jika kamu dilahirkan menjadi
sepohon mangga, kehadiranmu hanya akan mengundang dosa orang lain. Kamu bangga,
jika dengan melihatmu, orang lain bisa lebih mudah dijerumuskan syetan? Dia hanya ingin menjadikanmu sebagai hamba yang menuntun kebaikan.
Aku : Ah,
tapi aku tidak mempunyai batang sekuat, sehebat dan sekeren pohon Jati.
Aku
: Kenapa iri dengan pohon Jati? Kamu tahu kan, pohon jati itu sering di illegal
logging. Pelakunya tak jauh beda dengan koruptor. Kamu bangga jika kamu
diciptakan hanya untuk membuat manusia semakim cinta dunia dan lupa akherat?
Aku : Ah, tapi aku tak punya akar sekuat pohon
Beringin .
Aku : Beringin? Yang terkenal angkernya
itu? Mungkin iya, akarnya memang kuat, ia bisa bertahan hidup ratusan tahun. Buat
apa kuat, jika dia sering ditakuti dan dijauhi orang lain? Dia ingin engkau menjadi sesuatu yang mampu menghilangkan segala ketakutan orang lain.
Aku : Ah, tapi aku tidak mempunyai daun
sebermanfaat daun Sirih.
Aku
: Hmmm, kalau kamu jadi tanaman Sirih, nanti anakmu susah ngurus akte
kelahiran.(itu mah nikah sirih, serius amat dari tadi bacanya…wkwkkwkw). Jadi intinya,
kamu harus bangga jadi kamu. Biarlah walau engkau hanya sepohon toge. Masih jadi
kecambah saja kau sudah bisa bermanfaat untuk orang lain. Banyak gizinya. Tidak semua tanaman
lain bisa seperti itu kan? Apalagi kalau butiran-butiran hijaumu nanti dijadikan bubur kacang hijau. Yummmyyy !
Aku : Jadi, aku harus bangga jadi aku? Bangga jadi aku yang hanya pohon toge itu?
Aku
: Yaiyalah. Kamu bukan dia, bukan mereka. Ya, kamu ya kamu. Kamu begitu spesial. Tak ada duanya. Dia memberimu keterbatasan agar kamu mampu melakukan sesuatu tanpa batas. Tersenyumlah pohon togeku tercinta. ya, kamu, kamu. Aku.
(Note : Tulisan penganalogian ini dibuat sebagai bahan renungan dalam memetamorfosa diri. Semoga aku semakin bangga jadi aku :) )
0 komentar:
Posting Komentar