Air…
Sampai kapan
kau bersandiwara?
Menipu mata
tak berdosa
Kau pasang
topeng bermuka ganda
Kau
sembunyikan keruh dalam kejernihan
Kau hadirkan
arus dalam ketenangan
Hanya demi
perahu kecil nan usang
Perahu,
Perahu kecil
pencari tepi
Ia
terapung, berlayar
Terombang-
ambing tanpa arah
Selatan,utara, timur, barat
kemanapun, air tetap mengalir
Selatan,utara, timur, barat
kemanapun, air tetap mengalir
Menemani
derap langkah tertatih
Sang perahu
pujaan
sang waktu pun
meronta, menyerah
Tercederai
kisah tak bertitik
Entahlah,
kisah air
bermuka dua atau perahu berhati dua?
Saat kata ‘tepi’
tak lagi angan
Perahu pun
berlabuh
Ia dipuja
bak dewi titisan nirwana
Perahu kosong tak lagi hampa
Ikan, sayur,
buah
pengisi
spasi ruang tak terjamah
Jemari-jemari
asing membelai syahdu
Sebelum air
nyata menggenggam
sampah jatuh
tak tertahan
Memudar lah
warna yang tlah pudar
Itukah
balasmu perahu?
Perahu….
Kau benar-benar
mati
Hatimu mati
! gelap
Kau lalai, kau
jahanam
Saat air
keruh kau pergi
Saat air
surut kau menjauh
Kau lupa
perahu, kau lupa
Siapa yang buatmu beralayar?
Siapa
penopangmu hingga ke tepi?
Miris,
perahu…perahu…
Saat pelabuhan
kembali riuh
Perahu-perahu
liar lekas menyapa
Kau hanya
perahu kecil tak bercahaya
Kata
‘sendiri’ kembali meringis
Kemana
tempat kau kembali perahu?
Air, ya air
Air tak
pernah membenci perahu
Mesti ia
yang buatnya keruh
Air tak
pernah mencaci perahu,
Mesti ia
yang buatnya surut.
Kisah klasik Perahu dan air
Entah indah
atau hina?
Bak kisah kau
dan aku
Entah panutan
atau cacian?
Perahu..perahu…air…air..
Kisah kita
sama…senada…
Aku yang tak
pernah membenci
mesti kau yang buatku terluka
Cinta itu
sederhana dalam makna
mesti tak terapung sempurna dalam hatimu
Tak
tenggelam cukup bagiku,
Aku bahagia
J
0 komentar:
Posting Komentar