Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 24 September 2016

Jomblo Ngenes (?)




Ketika musim memandang rindu pada hujan
Ada rintiknya yang jatuh dipelupuk mataku
Ingin kutiupkan angin biar berlalu
tapi langit bukan hanya lembar kosong
Ada setumpuk rindu pada wajahmu
Yang hadir dalam setiap bongkah alam


Dari balik kaca aku memelukmu
Pada terasering yang melengkungkan bibirmu
Pada gunung yang runcing bagai hidungmu
Pada awan yang serupa kedipan matamu
Dan pada ranting yang mengingatkan aduhai alismu

Aku yang menyusuri serpihan siang
Bersenandung dengan awan putih biru
Hingga larut, seperti teduh
adalah dirimu yang membuatku tahu
Bahwa cinta itu
Masih ada…!
(Sumedang, 1 Juli 2016 : 11.05)

Perjalanan dari Bandung menuju Sumedang kali ini terasa begitu lama. Sejak awal aku menaiki mobil ini, jarum panjang di jam tanganku sudah berputar melewati angka 12 sebanyak tiga kali. Padahal biasanya perjalanan cukup ditempuh dalam waktu dua jam. Ini baru melewati setengah perjalanan. Mobil seakan jalan di tempat. Awan-awan yang aku tatap dari sejam lalu hingga detik ini masih berbentuk sama. Bahkan, ranting pohon menjulang yang sudah ditingggalkan daun-daunnya itu masih belum enyah dari pandangan. Refleks, tanganku tergerak mengambil secarik kertas dan sebuah bolpoin untuk kemudian mulai menulis. Begitu mengalir. Aku menulis puisi dari wajah-wajah alam yang terpantul di bola mataku dari balik jendela.
 Hingga puisiku usai, pemandangan di depanku masih belum berubah. Kupukul-pukul saja punggung kursi di depanku. Sampai gaduh. Sesekali penumpang di depan menoleh kebelakang sambil mengerutkan dahi dan menaikkan alisnya tinggi-tinggi. Ah, tinggal dikasih senyuman maut saja dia langsung kembali memalingkan wajah.

Rabu, 08 Juni 2016

Aku Tertampar

Kau tahu rasanya tertampar? Bukan karena tangan yang keras, tapi karena hembusan angin yang lemah. Dan ini yang sedang aku rasakan. Tertampar bukan secara fisik, tapi jiwa.

Aku benar-benar tertampar. Orang bilang ITB = Institut Terbaik Bangsa. Ah, tapi maaf, aku bukan salah satu   putri terbaik bangsa seperti orang gadang-gadangkan. Sekali lagi, aku tertampar. Aku benar-benar tertampar oleh para peserta "Essay Competition and IoT Innovation Challange 2016". Bagaimana mungkin, seorang mahasiswi yang diberi kesempatan emas untuk menuntut di Institut (yang katanya) terbaik bangsa ini hanyalah seorang penonton yang terus-terusan bertepuk tangan. 

Lomba tersebut menamparku dalam dua masa sekaligus. Masa lalu, dan masa sekarang.  Dimasa lalu aku tertampar, tentang diri yang dulu tak pernah mau mencoba. Sekali lagi, aku malu. Malu dengan anak-anak SMA peserta Essai IoT 2016. Bagaimana tidak, diantara mereka banyak anak-anak daerah yang tidak memiliki laptop, bela-belain ke warnet hingga tengah malam untuk mengikuti kompetisi tersebut. Ah, aku? boro-boro keluar malam. Tinggal duduk manis diatas kasur sambil ngemil dan laptop di depan mata saj aku "malas".

Oke, sejenak lupakan masa lalu. Ah, apa gunanya? bukankah masa sekrangku tak lebih baik dari masa lalu? Aku maish saja menjadi seseorang yang hobby bertepuk tangan, tanpa mau berusaha untuk menjadi seseorang yang berdiri ditepuk tanganin. Dan ketika aku melihat daftar peserta yang notabene (maaf) banyak dari nama-nama universitas yang baru aku dengar, aku jadi berpikir. "Harusnya mereka yang ada diposisiku, menimba ilmu di Institut ini." Sekali lagi, aku pikir mereka lebih pantas disebut putra-putri terbaik bangsa.  

Payah ! Sudah kuliah tiga tahun tapi aku masih belum melakukan apa-apa. Tujuan hidup nggak jelas, cita-cita nggak jelas, passion nggak jelas. Semua serba tidak jelas. Prestasi nonakademik  tiada, prestasi akademik apalagi (nggak usah ditanya). Satu lagi, pacar juga nggak ada. *ups.

 Wahai diri, mahasiswi tingkat akhir yang waktu mahasiswinya tinggal sebentar lagi (semoga) coba renungkan dan jawab ini :
"Kalau kamu tahu dirimu masih saja menjasi ulat, belum kupu-kupu atau bahkan beranjak ke fase kepompong pun belum mampu. Terus kamu mau apa? Tetap saja diam dan biarkan waktu membunuhmu tanpa pencapaian apapun? Ingat, semua ada ditanganmu. Mau terus diam atau berani keluar dari cangkang?"


Sabtu, 07 Mei 2016

Opera Gunung Kapur



 Image result for gunung kapur cirebon
Seekor Jalak  tua mengudara tanpa tujuan. Mengitari setiap puing-puing kenangan yang membangkai. Batang-batang yang telah terpotong, daun mengering dan tanah yang semakin mencekung. Ia sedang berandai tentang segala hal. Andai waktu dapat diputar, andai semua dapat kembali, dan andai dia Tuhan. Sayangnya, ia bukan Tuhan. Menitihkan air mata, satu-satunya cara untuk meremas-remas  ilusinya. Betapa berat meratapi ketiadaan yang sangat indah. Masih jelas terbayang, sesuatu yang dulu menjulang kini telah hancur menciut. Rata.
Dahulu jalanan ditata rapi dengan batu di sisi kanan kirinya. Lihat, sekarang hanyalah  tanah kering bercorak ban mobil truk yang menyerupai motif mega mendung, menancap sedalam 25 cm.  Bahkan, berubah menjadi lumpur di musim penghujan. Jalak kehilangan riak air yang mengalir dari telaga di atas bukit. Tidak ada lagi wangi semak perdu yang dihiasi bunga-bunga kecil. Gemuruh mesin-mesin pabrik dan kendaraan seakan meredam suara cicitan burung-burung hutan, termasuk Jalak.

Kamis, 24 Maret 2016

Konflik Sudut Pandang

Image result for serabi rasa

Ciri bahwa manusia pernah hidup adalah dia pernah mempunyai masalah. Jika ada manusia yang hidupnya mulus-mulus saja, justru patut dipertanyakan, "Benarkah dia pernah hidup?" Dimasa yang semakin gila ini, kita bisa memilih dua hal, ikut menjadi gila atau justru semakin dewasa. Menurut seorang filsuf asli China, Mao Zedong 
"Konflik bersifat semesta dan absolut, hal ini ada dalam proses perkembangan semua barang dan merasuki semua proses dari mula sampai akhir.” 
Model sejarah Karl Marx juga berdasarkan prinsip konflik: kelas yang menindas dan kelas yang tertindas, kapital dan pekerjaan berada dalam sebuah konflik kekal. Pada suatu saat hal ini akan menjurus pada sebuah krisis dan kaum pekerja akan menang. Pada akhirnya situasi baru ini akan menjurus kepada sebuah krisis lagi, tetapi secara logis semua proses akhirnya menurut Mao, akan membawa kita kepada sebuah keseimbangan yang stabil dan harmonis. Mao jadi berpendapat bahwa konflik bersifat semesta dan absolut, jadi dengan kata lain bersifat abadi. Konsep konflik Mao ini ada kemiripannya dengan konsep falsafi Ying-yang. Semuanya terdengar seperti sebuah dogma kepercayaan. 

Rabu, 23 Maret 2016

Bidadari Rajawali

Image result for bidadari jahat

rajawali cantik
wajah-wajah berlumur  emas
mereka bilang dia berlian (?)
penabur benih surga
pemegang tahta semesta

Aku runtuh
Bagiku kau belati
paruhmu pedang panjang
pembawa tinta hitam
pada pelangi-pelangi sukma

wahai kau bidadari kepedihan
rentetan kataku hilang
kau bahagia, bukan?
terbang bebas 
semakin tinggi dan tinggi
sementara karpet merahku tersisa lumpur
aku lebur dalam kata

ingin ku pendam ragamu
kurebus dalam amarah
kusayat wajhmu tanpa rasa
pedihnya, aku bukan rajawali
aku bukan rajawali !
rajawali itu kau
aku tetap sehelai bulumu
yang berserakan di udara
Aku BENCI !

(teruntuk seseorang yang melukai perasaanku hari ini dan kemarin)

sumber gambar : rachmawatiirna.blogspot.com


Selasa, 22 Maret 2016

Proses Terkirimnya Sinyal Cinta (Dalam Diam)


Suara dari pengirim diterima oleh alat yang disebut hati. 
Hati mengubah gelombang cinta menjadi sinyal doa,
kemudian dipancarkan oleh ponsel BTS (Berzikir Tahajud Shadaqah). 
Sinyal tersebut diterima oleh BTS (Barokahnya Tawakal n Sabar),
dan sinyal tersebut diteruskan kepusat Telekomunikasih (Tuhan) . 
Dari pusat telekomunikasih sinyal diteruskan kèpada BTS (Batas Takdir Seseorang),
kemudian diteruskan ke si penerima.

Motivagram

       





sumber : IG @porporaa_ follow ya :)

Lalu DIA Pergi ?

Image result for cahaya tuhan
Duri mawar mungkin tega melukai kulitmu,
lalu pergi tanpa tahu bagaimana cara mengobati.
Debu liar mungkin tega mengotori ragamu, 
lalu pergi tanpa peduli bagaimana cara membersihkan.
Semut kecil mungkin tega menggigit tubuhmu,
tanpa jawaban bagamana melenyapkan gatalnya.
Tuhan, mungkin tega mencabik hidupmu dengan seribu cobaan.

 Lalu Dia pergi?
 Tidak !!!
 Dia kembali dengan seribu jawaban-Nya.

sumber gambar : https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTa0YPCfqQUSjU7PsAWjNbfevp_4OAHcZ89BOwpT4x2Uki6H4t-

Tanda Tania (?)


Image result for tanda tanya
Mata Ana terbelalak. Isi dompetnya kosong, hanya ada selembar  kertas resi bukti transaksi tadi malam. Lembaran-lembaran merah itu raib, bukan hanya sekali, tapi puluhan kali. Jangankan lembaran berwarna merah, warna biru, hjau, cokelat bahkan koin-koin putih tak berharga pun selalu ludes. Anehnya, selalu ada cairan berwarna merah, terkadang basah terkadang  kering. Bau amis pun terkadang tercium samar-samar.


Cairan merah itu selalu mengikuti kemana uang-uang itu disimpan. Hanya posisinya saja yang berubah. Kemarin di atas bantal, seminggu yang lalu di lantai dekat lemari, dan sekarang di bawah ranjang, dekat pintu. Padahal, Ana sengaja menaruh dompetnya di bawah selimut diujung kaki. Ah, lagi-lagi Ana kalah cerdik.
“Licik! Sangat licik, terlalu licik, semakin licik. Dasar licik, sekali licik tetap licik. ” Kata Ana sembari melempar ludah kepada wanita yang masih tertidur di bawah selimut, dengan wajah tertutup guling.  
Tiba-tiba, Ana gelagapan . Wanita itu tiba-tiba terbangun. Perutnya terantuk kursi, dan kakinya menabrak kaleng cat air. Tutupnya terlempar dan cairan berwarna merah itu tumpah. Mengalir menerobos sela-sela sambungan keramik yang berpola kotak-kotak.

Goresan Pena Asyila

Image result for goresan pena 
Halilintar menggelegar di langit muram. Berkilauan menembus gelap. Membelah siluet mendung yang belum tumpah. Sulur ganasnya menembus kaca-kaca, tirai, ventilasi hingga selekeh bilik. Menemani cahaya lilin yang berpendar lirih dalam sepetak kamar .
Disibakkannya  tirai hitam―yang beberapa pengaitnya telah hilang― itu dengan perlahan. Semakin jelaslah  kilat itu berpendar, gerakannya melesat cepat. Titik-titik air mulai nampak membasahi  kaca jendela. Meluruhkan debu-debu yang telah lama bersemayam.
“Arrrggggg… Hen, please! Dua puluh tahun sudah kita hidup bersama. Seharusnya kau sudah hapal semua hal tentangku. Tentang apa yang aku sukai dan juga aku benci.”
“Kamu ini ngomong apa? Tentu saja aku hapal setiap detail hidupmu, bahkan lebih dari yang kau tahu.”
Merry memutar kursinya, menatap wajah Henry seraya mengacungkan jari telunjuk kearahnya.
 

Blogger news

liukan pelangi

Wavy Tail

Blogroll

About