Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 28 Mei 2015

Monolog Pohon Toge

Aku : Hey aku, apa kabar hatimu saat ini? Sudah lama aku tak menyapamu. Masihkah kau seperti dulu ataukah usai berhijrah? 
Aku  :Hatiku ibarat kertas kosong yang ditulisi seribu pertanyaan tanpa satupun jawaban. Entah pada siapa lagi kumuntahkan pertanyaan-pertanyaan itu. Tuhan? Mungkin benar jikalau Dia Maha Mendengar dan Melihat. Tapi aku tak Maha memiliki segala kesempurnaan itu. Hingga kini aku lelah menanti. Lelah bergelayut dalam pertanyaan yang sama, 'Kenapa aku terlahir sebagai aku?' Aku hanya sepohon Toge yang tak memiliki bunga secantik Mawar. Bunga yang dengan keanggunan mahkotanya mampu membuat Asoka cemburu. Ah, Tuhan tidak adil. 
Aku : Adapun benar jika kau tak mampu mendengar dan melihat apa yang Tuhan katakan laksana dua orang yang tengah berdialog dalam satu ruang maupun waktu. Tapi bukankah Dia menitipkan sepotong hati yang dimana sudut terdalamnya terdapat semua jawaban itu. Tahukah kamu dimana letaknya? Ya, ada dalam dirimu.  Coba dengarkan aku, dimana letak  ketidakadilan Tuhan itu? Dia menakdirkanmu  tidak mempunyai bunga secantik mawar, lantas kenapa kamu mesti bersedih? Coba renungkan, mawar itu berduri. Mungkin, jika kamu menjadi mawar, akan semakin banyak orang yang engkau lukai. Dia tidak ingin menjadikanmu sebab luka-luka itu tercipta. Dia ingin kaulah yang menjadi penyembuh luka itu.
Aku :   Hmmm, mungkin benar. Tapi mengapa aku  mesti tak seharum Melati?
Aku :   Melati itu sering dipakai untuk sesajen, ritual yang berbau kemusyrikan. Mungkin, jika kamu jadi dia, kamu bisa terjerumus kedalam kesyirikan yang menjaukanmu dari-Nya. Inilah salah satu bukti cinta-Nya. Dia ingin kau selalu dekat dengan-Nya.
Aku : Ah, tapi aku tidak mempunyai buah seenak pohon Mangga.
Aku : Nah, justru karena mangga itu enak, Dia tidak menakdirkanmu menjadi itu. Sekarang ini. semakin banyak maling mangga. Mungkin, jika kamu dilahirkan menjadi sepohon mangga, kehadiranmu hanya akan mengundang dosa orang lain. Kamu bangga, jika dengan melihatmu, orang lain bisa lebih mudah dijerumuskan syetan?  Dia hanya ingin menjadikanmu sebagai hamba   yang menuntun kebaikan.
Aku   : Ah, tapi aku tidak mempunyai batang sekuat, sehebat dan sekeren pohon Jati.
Aku : Kenapa iri dengan pohon Jati? Kamu tahu kan, pohon jati itu sering di illegal logging.       Pelakunya  tak jauh beda dengan koruptor. Kamu bangga jika kamu diciptakan hanya untuk membuat manusia semakim cinta dunia dan lupa akherat?
Aku  : Ah, tapi aku tak punya akar sekuat pohon Beringin .
Aku : Beringin? Yang terkenal angkernya itu? Mungkin iya, akarnya memang kuat, ia bisa bertahan hidup ratusan tahun. Buat apa kuat, jika dia sering ditakuti dan dijauhi orang lain? Dia ingin engkau menjadi sesuatu yang mampu menghilangkan segala ketakutan orang lain. 
Aku   : Ah, tapi aku tidak mempunyai daun sebermanfaat daun Sirih.
Aku : Hmmm, kalau kamu jadi tanaman Sirih, nanti anakmu susah ngurus akte kelahiran.(itu mah nikah sirih, serius amat dari tadi bacanya…wkwkkwkw). Jadi  intinya, kamu harus bangga jadi kamu. Biarlah walau engkau hanya sepohon toge. Masih jadi kecambah saja kau sudah bisa bermanfaat untuk orang lain. Banyak gizinya. Tidak semua tanaman lain bisa seperti itu kan? Apalagi kalau butiran-butiran hijaumu nanti dijadikan bubur kacang hijau. Yummmyyy !
Aku : Jadi, aku harus bangga jadi aku? Bangga jadi aku yang hanya pohon toge itu?
Aku : Yaiyalah. Kamu bukan dia, bukan mereka. Ya, kamu ya kamu. Kamu begitu spesial. Tak ada duanya. Dia memberimu keterbatasan agar kamu mampu melakukan sesuatu tanpa batas. Tersenyumlah pohon togeku tercinta. ya, kamu, kamu. Aku.


(Note : Tulisan penganalogian ini dibuat sebagai bahan renungan dalam memetamorfosa diri. Semoga aku semakin bangga jadi aku :) ) 

Titik dalam Detik


Titik..
kalimatku belum usai
titik,titik,titik
Aku sapa pena," Kemana goresanmu terbuang?"
Sia-sia !
Jemari masih tak berkutik

Detik...
Detik-detik lenyap dan tumbuh
Tanda tanya setia menyapa
tanda seru rapuh menguap
Detik, jauhi titik !
Titik, jangan akhiri detik
Tapi titik telah tuli
Detik lumpuh membisu

Detik, detik, detik
Bukan tiga, tapi jutaan
Cepat, terlalu cepat, teramat cepat
Enam bulan telah pergi
Kertasku masih kosong
Penaku  utuh tak tersentuh
Dan detik takkan kembali
Dan titik enggan menjauh

Hilang

Air tak Membenci Perahu


Air…
Sampai kapan kau bersandiwara?
Menipu mata tak berdosa
Kau pasang topeng bermuka ganda
Kau sembunyikan keruh dalam kejernihan
Kau hadirkan arus dalam ketenangan
Hanya demi perahu kecil nan usang

Perahu,
 Perahu  kecil pencari  tepi
Ia terapung, berlayar
Terombang- ambing tanpa arah
Selatan,utara, timur, barat
kemanapun, air  tetap mengalir
Menemani derap langkah tertatih
Sang perahu pujaan

Selasa, 26 Mei 2015

Cinta Dalam Sehembus Angin

Image result for daun jatuh

“Aku memilikimu dalam hembusan angin.  Meski terlambat. Tapi, angin tak akan pernah berdusta jikalau daun yang gugur ‘pernah’ bersatu dengan tangkainya. Dulu. Mesti kini tak akan kembali. Kata ‘pernah’ cukup membuatku bahagia.”

            Hari ini benar-benar hari yang tak biasa. Istimewa. Untuk pertama kalinya, gelar sebagai seorang mahasiswa, aku sandang secara resmi. Wajah-wajah baru aku telisik dengan seksama. Gerombolan mata sipit, cukup terlihat dominan di depan mataku. Orang berkaca mata tebal, aku rasa tak kalah banyak. Rambut-rambut keriting dengan kulit hitam khas pun patut di perhitungkan. Ya, seribu wajah manusia dari berbagai sudut nusantara aku temui disini. Di kampus miniatur Indonesia yang baru saja aku jejaki. Satu minggu lalu.
            Ber-be-da, satu kata yang terus memenuhi memori otakku sejak pertama kaki ini berpijak. Di kota ini, Bandung. Tak ada lagi cuaca panas yang memaksakan ribuan pori mengeluarkan butiran airnya. Tak ada lagi senyuman ayah saat pagi menyapa. Tak ada lagi masakan ibu yang memanjakan lidahku setiap hari. Tak ada lagi sahabat di SMA yang selalu tertawa usil, saat kubuka pintu kelas. Tak ada lagi. Semua berbeda.
            Semua berbeda? Aku rasa tidak. Masih ada sisa yang enggan beranjak pergi.  Setidaknya, ada  tiga hal yang tak pernah berubah. Pertama, Dia adalah bulan. Bulan yang selalu aku tatap meski bintang tertutup awan hitam. Tapi, ia tak pernah berubah. Ia masih bulan yang aku tatap di kota kelahiranku. Kedua, dia adalah matahari. Matahari itu tak pernah berubah. Meski sinarnya tampak lebih redup. Tapi, dia masih matahari yang sama seperti matahari yang bersinar di kota kelahiranku. Ketiga, dia adalah Fadhel. Mantan kekasih yang aku lepaskan dengan penuh penyesalan . Statusnya kini tak lagi sama. Tapi, frasa ‘pernah memiliki’ tak akan pernah berubah.

Senin, 25 Mei 2015

Wanita Gila dan Bangku Pintarnya

Image result for bangku taman


Sulur-sulur sinar mentari mulai berhenti menyapa. Cahayanya musnah, tertutup jingga dalam langit yang merindukan rembulan. Rembulan, lampu terindah dari jutaan lampu indah di kota ini. Cahayanya berpendar menelisik setiap kegamangan.
Memandangi langit dengan warna-warna monoton yang menjemukan. Biru, putih, abu-abu, jingga, hitam. Tak ada ungu. Tak ada hijau. Mmmm.. katanya di langit itu ada pelangi, me-ji-ku-hi-bi-ni-u, tapi aku tak pernah melihatnya. Ah, tapi aku  tetap suka memandanginya. Serentetan kata yang berjibaku dalam pikiran, ingin segera kumuntahkan dalam telinga pencipta-Nya. Sesekali kuingin marah kepada-Nya. Terlalu sering aku mendengar ceramah ustad yang terdengar dari toa masjid seberang, katanya “Daun yang gugur, embun yang meluruh, semua sudah diatur oleh-Nya.” Bukankah itu artinya bahwa Dia yang telah mengaturku menjadi sebuah bangku taman. Tapi kenapa mesti bangku taman? Aku ingin menjadi manusia. Makhluk yang mampu melangkah dengan kakinya. Kaki yang mungkin bisa membawaku ke tempat yang lebih teduh.
Tunggu ! Aku merasakan tendangan kaki memukul-mukul punggung belakangku.
Ah, wanita itu lagi. Wanita gila itu. Baunya menyengat. Rambut gimbalnya panjang tak terurus. Baju kebaya mahalnya kian compang-camping. Baju  kebaya yang seharusnya ia kenakan tepat 25 Juni lima tahun lalu. Lima tahun sudah ia terkungkung dalam bongkahan masa lalunya. Lima tahun dalam roman wajah kumal tak terawat. Menjijikkan. Lihat saja, kutu-kutu dari rambutnya berlompatan menghinggapiku. Ah, tapi biarlah. Saat terik matahari membakar tubuh dan angin enggan menyapa, dia selalu ada. Saat angin malam mengoyak ragaku dan rembulan tak mampu menghangatkan, dia tetap setia. Hanya dia, teman yang menemaniku saat kepanasan dan kedinginan.
“Hahahaha, bangku pintarku sayang. Aku sayang sekali sama kamu. Kamu tahu kenapa aku memanggilmu sayang? Hahhaaha..hihihi… karena orang yang selalu aku panggil ‘sayang’ telah pergi. Pergi bersama masa lalunya. Hihihihi… dan sekarang akulah masa lalunya.  Aku lah masa lalunya! Hahahhaha…”
Kasihan sekali wanita itu. Masih membekas  wajah ayunya lima tahu lalu. Saat eyeshadow dan mascara masih mempertajam matanya yang berbinar. Binar yang kini telah lebam terenggut kantung mata hitam dan daki tebal. Blush on dan lipstick merah jambu yang dulu selalu memoles senyum sumringahnya, kini tinggal kenangan tak berbekas. Rambut yang tersanggul rapih, high heel 10 cm, stocking hitam transparan, rok di atas lutut, kemeja tersetrika rapih dan nametag dari Bank tempat ia bekerja, sungguh tak bisa lekang dalam bayangan wajahnya. Sungguh teramat sulit dipercaya, wanita cantik itu dia, wanita gila itu.

Buku Patah Hati

Image result for animasi buku
“Aku cemburu ! “ teriakku lantang. Tapi, si kaca mata tebal tak berdosa itu tetap saja asyik dengan belahan jiwa barunya.
“hey, kamu! Ya,kamu ! Kenapa kamu diam saja?  Dasar tuli ! Kamu nggak denger, ‘ aku cemburu’ ! Sekali lagi ya, dengar baik-baik, ‘aku cemburu ‘ !  Aku cemburu ! Aku cemburu !“ berontakku lagi. Tapi, lagi-lagi dia tetap sibuk bercengkrama dengan kekasih barunya itu.
 Empat tahun lalu? Aku sudah lupa, seberapa lamakah empat tahun lalu itu? Atau seberapa sebentarkah itu? Ah, sudahlah , jangan ingatkan aku pada masa lalu . Ah,tapi aku terlalu bodoh.  Sangat bodoh.  Rasanya aku ingin mati ! Hanya karena  ‘masa lalu’ aku hampir mati. Hidup dalam masa penantian yang sia-sia itu ibarat mati  tanpa masa peradilan. Masuk surga tidak , neraka pun enggan. Detik ini benar-benar titik terjenuh yang siap meledak. Aku lelah dengan semua ini. Aku ingin mati !

Kata orang, cinta sejati itu tak mesti memiliki. Kata orang, cinta sejati itu bukan berarti harus bersatu dengan orang yang kita cintai. Tapi, cinta sejati itu memastikan orang yang kita cintai terlihat bahagia. Meski bukan dengan kita. Ya, kata orang. Orang? Memangnya orang-orang yang mengeluarkan  kalimat-kalimat gila itu pernah merasakan apa yang sedang aku rasakan sekarang?  Tidak kan?

Minggu, 24 Mei 2015

Ginjal Penyaring Ijazah

Image result for ginjal the globe journal


Mata kecokelatan nampak tak secokelat biasanya. Merah pudar menyatu dengan putih yang kehilangan beningnya.  Mataku yang berbinar kini tengah senyap. Air mata yang jatuh meluruh nampak tak terlihat. Tertutup guyuran air dari gayung biru tua yang retak. Tak ada lagi lagu All of me yang biasa kunyanyikan dengan lantang di kamar mandi. Vibra suara yang terdengar dari jerit tangis yang aku luapkan nampak seindah suara Celline Dion dalam lagu My Heart Will Go On.
 "Tuhan, apa gunanya aku hidup? Aku anak  tidak berguna. Sampah. Harapan, harapan, harapan terus yang aku janjikan. Lama-lama ayah bisa terbunuh oleh harapan-harapan palsu itu. " Aku berdialog dengan cermin dihadapanku.
Bayangan diri dalam cermin persegi yang basah berembun itu tak ayal menjadi pelampiasan amarahku. Aku melihat wajah orang paling tidak berguna di dunia ini. Ingin rasanya aku bunuh wanita sialan itu tanpa ampun. Aku mutilasi. Aku bakar. Aku hanyutkan abunya ke dalam air comberan yang menjijikkan. Wanita itu dan air comberan sama-sama menjijikkan, bukan? “ Ah, tapi wanita itu AKU !”
 " Dua tahun sudah aku diwisuda, tapi aku masih pengangguran. Aku mau kerja. Tuhan, Kau tidak tuli kan? Aku mau diterima kerja. Cuma itu." Lagi-lagi aku berdialog seorang diri.
Suara ketukan pintu sayup terdengar berpacu dengan suara tangisanku yang mengeras. Aku pikir itu hanya ilusi. Tapi suara itu semakin keras. Dorongan tangan dan tendangan kaki pada pintu itu turut menggetarkan cermin layaknya gempa bumi .
 

Blogger news

liukan pelangi

Wavy Tail

Blogroll

About